Pasar saham selalu berubah, dan bagi para investor, memahami kapan untuk membeli dan menjual saham adalah kunci untuk meraih sukses. Salah satu indikator penting yang sering diperhatikan adalah pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dengan mengetahui bagaimana IHSG berperforma, investor dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dalam memilih saham.
Berdasarkan analisis terakhir, IHSG tampaknya menunjukkan potensi untuk melanjutkan koreksi dalam perdagangan yang akan datang. Hal ini tentu menjadi perhatian bagi para investor yang mencari peluang atau bahkan mengantisipasi risiko. Seberapa dalam IHSG akan bergerak? Apakah ada strategi yang tepat untuk menghadapi situasi ini?
Memahami Koreksi IHSG dan Implikasinya untuk Saham
Koreksi IHSG adalah fenomena umum dalam perdagangan saham. Ketika pasar mengalami tekanan, seringkali investor panik dan mulai melakukan penjualan, yang dapat memperparah situasi. Dalam hal ini, IHSG kemarin mengalami penurunan sebesar 0,36 persen, yang menunjukkan adanya tekanan jual. Menurut analisis, kita mungkin sudah berada pada akhir gelombang penurunan, yang bisa jadi merupakan sinyal awal untuk berinvestasi.
Fakta menarik adalah bahwa di saat IHSG bergerak turun, ada peluang untuk membeli saham dengan harga yang lebih murah. Banyak investor berpengalaman yang menerapkan strategi “Buy on Weakness”, yaitu membeli saham saat harga turun, dengan harapan bahwa harga tersebut akan kembali naik di masa depan.
Strategi Pemilihan Saham di Tengah Ketidakpastian Pasar
Saat pasar bergerak dalam tren yang tidak pasti, penting bagi investor untuk memiliki strategi yang jelas. Salah satu pendekatan yang dapat diadopsi adalah dengan mengidentifikasi level support dan resistance. Dalam pergerakan IHSG baru-baru ini, terdapat level support di angka 7.085 dan 7.009 yang bisa menjadi acuan untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli.
Di samping itu, bagi yang berinvestasi dalam saham tertentu, mengetahui potensi dan proyeksi harga menjadi hal yang tidak kalah penting. Misalnya, saham AADI menunjukkan potensi untuk melanjutkan penguatan dalam jangka pendek meskipun ada tekanan jual. Di sini, penerapan strategi “Buy on Weakness” bisa membuat investor membeli AADI saat harga turun untuk kemudian menjualnya di titik harga yang lebih tinggi.
Ingat, meskipun strategi ini bisa menguntungkan, tetap ada risiko yang harus diperhatikan. Sejumlah faktor eksternal dapat mempengaruhi pergerakan pasar, dan setiap keputusan investasi harus didasari oleh analisis yang mendalam.