www.lacakberita.id – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menetapkan target rasio kredit bermasalah, atau yang sering disebut non-performing loan (NPL) gross, di angka 3,04 persen pada penghujung tahun ini. Target ini menjadi bukti komitmen BTN untuk terus meningkatkan kinerja manajemen kredit dan mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Saat ini, BTN melaporkan NPL gross dan NPL nett masing-masing berada di level 3,29 persen dan 1,95 persen. Ini menunjukkan adanya penurunan yang terus dipantau oleh manajemen untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Hingga akhir Mei 2025, BTN mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,19 triliun, mengalami pertumbuhan yang cukup positif sebesar 3,31 persen dibandingkan tahun lalu.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tercatat signifikan, dengan kenaikan sebesar 10,26 persen tahun ke tahun menjadi Rp397,8 triliun. Dari jumlah ini, pertumbuhan giro mencapai 8,37 persen dan tabungan sebanyak 7,62 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BTN terus meningkat, yang tentunya berpengaruh positif terhadap posisi likuiditas bank.
Strategi Baru dalam Penanganan Kredit Bermasalah
Dalam upaya mencapai target NPL yang lebih baik, BTN meluncurkan Business Process Improvement (BPI) Monoline Collection. Inisiatif ini dirancang sebagai model operasional baru dalam penagihan utang, yang akan berfokus pada perubahan pembinaan debitur. Alih-alih bergantung pada masing-masing Kantor Cabang, pendekatan baru ini akan diklasifikasikan berdasarkan wilayah.
Diharapkan dengan adanya pengelompokan berdasarkan klaster wilayah, proses penagihan akan menjadi lebih efisien dan efektif. Hal ini memungkinkan tim penagihan untuk lebih memahami karakteristik debitur di setiap wilayah, sehingga strategi yang diterapkan bisa lebih tepat sasaran. Transformasi ini diyakini mampu mendukung akselerasi dalam penagihan kredit bermasalah.
BPI Monoline Collection menjadi bagian dari langkah proaktif BTN untuk meningkatkan kualitas aset dan mengurangi rasio NPL di masa yang akan datang. Dengan demikian, bank tidak hanya berfokus pada pencapaian target jangka pendek, tetapi juga menjaga kesehatan portofolio kredit di jangka panjang.
Pentingnya Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga bagi BTN
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang signifikan juga menjadi salah satu fokus utama BTN. DPK merupakan sumber utama yang akan menopang pertumbuhan kredit dan bisnis bank secara keseluruhan. Keberhasilan dalam meningkatkan DPK memberikan dampak positif bagi likuiditas dan margin bunga bersih BTN.
Secara spesifik, pertumbuhan giro dan tabungan yang mencatatkan angka positif menunjukkan bahwa BTN mampu menarik minat masyarakat untuk menabung dan berinvestasi. Selain itu, langkah-langkah inovatif dalam layanan perbankan elektronik juga turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan jumlah nasabah baru.
Dengan komposisi DPK yang sehat, BTN lebih fleksibel dalam memberikan kredit kepada masyarakat. Hal ini memungkinkan BTN untuk memperluas segmen pasar, termasuk di sektor-sektor yang selama ini menjadi perhatian, seperti perumahan dan berbagai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Tindakan Proaktif untuk Mengurangi Risiko Kredit
Memproyeksikan masa depan yang lebih cerah, BTN mengambil berbagai tindakan proaktif untuk mengurangi risiko kredit. Salah satu langkah yang diambil adalah meningkatkan sistem pemantauan risiko dan penilaian yang lebih teliti terhadap debitur. Selain itu, BTN juga menjalin kerjasama dengan pihak ketiga untuk melakukan analisis kredit yang lebih mendalam.
Dengan pendekatan ini, BTN berkomitmen untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kredit bermasalah. Proses identifikasi dan mitigasi risiko menjadi salah satu poin penting yang terus ditingkatkan guna memastikan kesehatan portofolio kredit. Hal ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan perbankan yang lebih stabil.
Selain itu, BTN juga berupaya dalam memperbaiki kualitas layanan kepada nasabah. Dengan memberikan edukasi tentang manajemen keuangan kepada debitur, diharapkan para nasabah dapat mengelola utang dan pendapatan mereka dengan lebih baik. Ini adalah langkah penting dalam menciptakan kesadaran akan pentingnya tanggung jawab dalam berutang.